Sabtu, 18 Oktober 2014

Selamat Tinggal Idul

Idul, adalah kucing betina hitam peliharaan saya. Dinamai Idul karena lahir saat Idul Fitri 1 tahun yang lalu. Sifatnya yang culun dan cupu membuat semua kucing menjauhinya dan tidak pernah dijamah kucing jantan. Dia tidak pernah main kemana-mana dan cuma mendekam di rumah. Idul tidak bisa merayu majikannya, padahal matanya menunjukkan bahwa dia ingin sekali dimanja seperti kucing-kucing lain. Dia tidak bisa mengambil hati majikannya.
Suatu saat, si Idul terserag flu sampai beberapa hari. Awalnya sih, saya biarin aja.. si Idul juga masih terlihat sehat. Tapi lama kelamaan dia demam dan nafsu makan pun berkurang. Saya bingung harus bagaimana mengobati penyakit kucing ini. Dia sakit saat perayaan Idul Adha. yach... sayang sekali, harusnya dia ikut ngerayain dan pesta tulang ayam di masjid depan rumah saya. Selama dia sehat sama sekali tidak saya kasih vaksin, dan saat sakit juga tidak saya bawa ke dokter hewan. Cuma saya rawat di rumah, dan karena tidak nafsu makan,saya kasih susu sama madu di siang dan malam hari. Setelah 1 minggu, terlihat tanda2 kesembuhan pada si Idul. 2 minggu kemudian si Idul sembuh. Dia udah mau makan sedikit-sedikit, tapi badannya masih agak lemas.
Suatu ketika, si Idul duduk di atas laptop yang sedang terbuka saat saya membuka fb. Dia memang suka duduk disitu. Dan tanpa sengaja dia menulis iyyaaaaaaaaaa.....xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx  di status teman saya  '' Badanku rasanya kayak rontok semua'' . Entah itu kebetulan atau bagaimana, Idul mengomentari status orang. Tak berlangsung lama saya pun mengusir Idul dari tempat dia duduk. Idul pun lari. Saat saya sedang asik fban, tiba-tiba si Idul meraung-raung. Saya kira kenapa, gitu. Dan ketika saya menoleh ternyata kedua kaki belakang si Idul lumpuh. Dia berjalan ngesot, membuat saya tak tega melihatnya. Dia terus meraung-raung kesakitan dan saya bingung harus berbuat apa. Kedua kakinya sudah tak berfungsi lagi dan tidak merasakan apa-apa saat kakinya dipencet.
Malam semakin larut, si Idul saya letakkan ke tempat biasa dia tidur dan kemudian saya tinggal istirahat. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali saya tengok si Idul dengan harapan dia bisa sembuh. Tetapi itu tidak mungkin karena ternyata nyawa si Idul tidak terselamatkan lagi. Matanya melek seperti menahan rasa sakit. Melihat Idul sudah tak bernyawa, hati rasanya sedih banget.. nyesel banget nggak bisa ngerawat si Idul lagi. Selama hidup, Idul selalu menderita. Apa memang sudah menjadi nasibnya harus selalu menghadapi penderitaan seperti ini. Dan kini, si Idul sudah mengakhiri penderitaannya.
Idul ku sayang, Idul ku malang. Selamat tinggal Idul..